Kamis, 20 November 2014

Artikel Ekonomi dan Bisnis



Harga Bedak dan Lisptik Bersiap Naik

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski telah menaikkan harga jual, industri kosmetika Indonesia kembali akan menaikkan harga jual, menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Nuning S. Barwa, Presiden Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) mengatakan, kenaikan harga kemungkinan besar akan diberlakukan mulai awal 2015. "Karena harga BBM naik akan diikuti kenaikan upah pekerja, bahan baku, serta harga kemasan," kata Nuning kepada KONTAN (18/11/2014).

Hanya saja, Nuning belum bisa memperkirakan berapa besar kenaikan harga kosmetika. Ia mengatakan, hitungan kenaikan harga kosmetik besarnya tergantung pada kebijakan di masing-masing perusahaan kosmetik.

Kenaikan harga ini akan memperpanjang catatan kenaikan harga produk kosmetik. Sebab, sepanjang tahun ini saja, industri kosmetik sudah menaikkan harga jual 5 persen sampai 15 persen. Kenaikan harga tahun ini menyusul kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Desril Muchtar, Sekretaris Perusahaan PT Martina Berto Tbk menuturkan, sepanjang tahun ini perusahaannya telah menaikkan harga 10 persen-15 persen, karena naiknya biaya produksi akibat kenaikan TDL. Adapun rencana kenaikan harga kosmetik akibat kenaikan harga BBM, Desril belum membuat kebijakan. "Kami masih menghitung dan menganggarkan. Yang jelas kenaikan harga BBM akan berimbas pada harga bahan baku, upah buruh," kata Desril.

Menurut Desril, ada dua cara menghadapi kenaikan harga BBM. Pertama, mengurangi margin dan kedua menaikkan harga jual. Jika pilihannya menaikkan harga jual, perusahaan akan mempertimbangkan daya beli konsumen serta harga kompetitor.

Kenaikan harga tahun ini telah dilakukan PT Mustika Ratu Tbk. Putri K Wardani Chief Executive Officer (CEO) Mustika Ratu mengatakan, kenaikan harga yang dilakukan merupakan efek dari melemahnya rupiah. "Kenaikan harga kami sekitar 5 persen-7 persen," kata Putri.

Adapun kenaikan harga akibat kenaikan TDL maupun kenaikan BBM masih dihitung perusahaan. Putri menagatakan, saat ini ia masih menunggu efek kenaikan BBM terhadap harga bahan baku, harga kemasan, biaya transportasi serta biaya lainnya. Putri berharap, pemerintah memberi insentif kepada industri dalam bentuk kompensasi kenaikan harga BBM dan kenaikan TDL.

Sumber : Kompas.com

Rabu, 19 November 2014

Artikel Bisnis dan Ekonomi



BI: Naiknya Suku Bunga Acuan Hanya untuk Meyakinkan Pasar

JAKARTA, Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) menimbulkan tanda tanya bagi sebagian pelaku usaha dan pengamat ekonomi.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah dalam paparannya menyatakan, Menurut Bank Indonesia langkah tersebut diambil sebagai upaya meyakinkan pasar bahwa Bank Indonesia tidak lalai dalam menanggapi kondisi perekonomian. "Kenaikan 25 basis poin hanya sinyal saja," ujar Halim, Rabu (19/11/2014).

Halim menjelaskan bahwa naiknya suku bunga acuan sebesar 25 basis poin itu hanya semacam penanda untuk menyatakan bahwa Bank Indonesia sudah mengantisipasi risiko yang akan dihadapi perekonomian Indonesia. Risiko-risiko yang dimaksud Halim antara lain inflasi, defisit neraca berjalan, dan risiko fiskal.

"Peningkatan BI Rate cuma 25 basis poin (dari 7,50 persen menjadi 7,75 persen). Itu hanya sinyal untuk memberikan kepercayaan pada pasar bahwa sebenarnya risiko-risiko yang dihadapi ekonomi Indonesia sudah dilihat Bank Indonesia. Apa saja, inflasi, risiko defisit neraca berjalan yang kelihatannya akan menjadi lebih baik dan juga risiko fiskal," ujar Halim.

Menurut Halim, kondisi fiskal sudah ditangani dengan baik oleh pemerintah. Lewat pengalihan subsidi bahan bakar minyak, pemerintah punya dana yang cukup besar. Dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal yang lebih produktif ketimbang subsidi konsumtif.

"Risikonya sudah bisa diprediksi, dilihat, dan diperhitungkan dengan lebih cepat dari awal, sehingga membuat pasar pasti melakukan hitung-hitungan dengan baik sehingga mereka yakin," ujar Halim.

Sumber : Kompas.com


Kamis, 13 November 2014

Artikel Ekonomi dan Bisnis


Rugi Garuda Indonesia Membengkak di
Kuartal III

Jakarta (13/11/2014),Sepanjang Sembilan bulan 2014 PT. Garuda Indonesia mendapat kenaikan beban operasional yang telah menekan kinerja perusahaan. Perusahaan penerbangan PT.Garuda Indonesia ini harus menelan kerugian yang bertambah besar.

Rugi perseroan tercatat naik 528 persen menjadi US$ 204,65 juta hingga kuartal III 2014 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 32,58 juta. Walupun demikian, pendapatan usaha perseroan naik tipis 4,26 persen menjadi US$ 2,8 miliar pada kuartal III 2014 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,68 miliar. Kinerja cukup tertekan ini dipicu dari beban usaha operasional penerbangan naik 17,41 persen menjadi US$ 1,87 miliar.
Total beban usaha naik menjadi US$ 3,05 miliar hingga kuartal III 2014 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,69 miliar. Sehingga akhirnya perusahaan mencatatkan rugi usaha menjadi US$ 1,96 juta. Demikian mengutip dari keterangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (13/11/2014)

Untuk pos liabilitas, perseroan mencatatkan liabilitas jangka pendek sebesar US$ 1,03 miliar pada 30 September 2014 dari periode 31 Desember 2013 sebesar US$ 983,89 juta. Liabilitas jangka panjang naik menjadi US$ 1,08 miliar pada 30 September 2014 dari periode 31 Desember 2013 sebesar US$ 852,74 juta. Perseroan mengantongi kas sebesar US$ 393,21 juta pada 30 September 2014.

Pada perdagangan saham,saham GIAA turun 4,81 persen menjadi Rp 475 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 855 kali dengan nilai transaksi harian saham Rp 2,8 miliar.

Sumber : Liputan6.com



Selasa, 11 November 2014

Artikel Bisnis dan Ekonomi


Biaya Mega Proyek Pembangkit Listrik dari APBN dan Korporasi
            
 Jakarta, Senin (10/11/2014). Menteri ESDM, Sudirman mengatakan dalam waktu dekat Mega Proyek Pembangkit Tenaga Listrik di Indonesia akan segera dimulai. Walaupun biaya tersebut belum diketahui. Akan kita sampaikan 2 pekan lagi.
Dalam waktu dua pekan ini, Pemerintah yang tergabung dalam Tim Khusus Percepatan Pembangunan Listrik Nasional akan mengurus masalah-masalah untuk mewujudkan Proyek Pembangkit Tenaga Listrik demi pemenuhan 35 ribu MW. Hal ini baru akan dilaporkan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla.
           Bapak Menteri Sudirman mengatakan,‘’Dalam dua pekan ini akan dilaporkan konsep detail bagaimana problem ini akan diuraikan kalau saya perioritaskan ada banyaknya progress yang tinggal metik, itu akan disisir dimana nyangkutnya, misalnya pembangkit sudah jadi akan tetapi transmisi belum dilaksanakan’’.
            Menurut Sudirman, biaya total proyek tersebut akan ditutup dari dana gabungan. Dana tersebut berasal dari anggara korporasi dan APBN. Ia juga menerangkan tidak akan melibatkan CSR.
            Silvanus A/Ahm menjelaskan,‘’Dana berasal dari Corporate Fund dan APBN, dananya nanti akan kita sampaika. Tidak ada hubungannya dengan CSR karena ini akan didorong dalam investasi yang besar. Hanya pemain yang mampu, maka kita akan menggunakan pihak ketiga yang professional’’.

Sumber : Liputan6.com










Senin, 10 November 2014

PT.SINAR SOSRO

VISI :  
Mengutamakan agar produk-produk dapat sampai pada konsumen dimanapun mereka berada.
MISI :  
Meningkatkan jaringan distribusi (baik nasional atau internasional) dengan memasarkan produk baru di bidang minuman.

SEJARAH PT.SINAR SOSRO
           Lahirnya Bisnis Teh Botol Sosro berawal dari Keluarga Sastrodjojo yang memulai uasahanya pada tahun 1940  di kota Slawi, Jawa Tengah dengan memproduksi dan memasarkan teh seduh merek “Teh Cap Botol”.
Tahun 1965, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas bisnisnya ke Jakarta dengan melakukan strategi CICIP RASA ke beberapa pasar di Jakarta. Awalnya, datang ke pasar-pasar dengan cara memasak dan menyeduh teh langsung di tempat. Setelah siap, seduhan teh tersebut langsung dibagikan kepada orang-orang yang ada di pasar. Namun cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak sabar menunggu.
Cara kedua, teh tidak lagi diseduh langsung di pasar, tetapi dimasukkan kedalam panci-panci besar untuk selanjutnya dibawa kepasar dengan menggunakan mobil bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa tumpah selama perjalanan dari kantor ke pasar karena pada saat tersebut jalanan di Jakarta masih berlubang dan belum sebagus sekarang.
Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh dan dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya.
Tahun 1969, diputuskan untuk menjual minuman teh dalam kemasan botol secara massal dengan nama Teh botol Sosro. Nama “Tehbotol” diambil dari tehseduh merek ”Teh Cap Botol”, yang saat itu sudah mulai terkenal di Jakarta dan ”Sosro” dari nama keluarga pendirinya yakni ”Sosrodjojo”
            Seiring dengan semakin diminatinya Tehbotol Sosro oleh masyarakat Jakarta, Teh botol Sosro kemudian diproduksi dengan lebih massal tetapi masih dalam skala industri rumahan dan menggunakan botol dengan desain umum teh Botol Pertama tahun 1969. Tahun 1972, Logo Teh botol Sosro berganti design dan mulai mencantumkan Logo Sosro di leher botol Kedua tahun 1972.
            Tahun 1974, Logo Teh botol Sosro kembali mengalami perubahan design dan pada saat yang bersamaan botol Tehbotol Sosro dirubah bentuknya menjadi lebih unik dan menampilkan logo dan bentuk botol tersebut masih digunakan sampai saat ini, serta produksinya sudah mulai menggunakan mesin bertekhnologi tinggi yang di impor dari Jerman  Botol Ketiga tahun 1974
            Agar bisa melayani pasar dengan lebih baik, Soegiharto Sosrodjojo dan saudara-saudaranya memutuskan untuk memisahkan usaha teh siap minum dalam kemasan dari usaha teh seduh keluarga Sosrodjojo yakni dengan mendirikan sebuah perusahaan baru. Perusahaan baru ini diharapkan akan bisa lebih focus dalam melayani dan mengembangkan pasar minuman teh siap minum dalam kemasan botol beling.
            Pada tangal 17 Juli 1974, Soegiharto Sosrodjojo dan saudara-saudaranya resmi mendaftarkan perusahaan baru tersebut dengan nama PT. Sinar Sosro, yang berdomisili di Jalan Raya Sultan Agung Km. 28, Medan Satria, Bekasi – yang juga merupakan lokasi pabrik pertama Tehbotol Sosro sekaligus merupakan Pabrik teh siap minum dalam kemasan yang pertama di Indonesia dan di dunia.

PENDIRI PT.SINAR SOSRO
Para pendiri PT. Sinar Sosro terdiri dari :
  • Soemarsono Sosrodjojo
  • Soegiharto Sosrodjojo
  • Soejipto Sosrodjojo
  • Surjanto Sosrodjojo
PROFIL PERUSAHAAN
PT.Sinar Sosro berdiri pada tahun 1974, PT SINAR SOSRO merupakan perusahaan minuman teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia.
Niat Baik yang di jabarkan dalam 3K dan RL yakni :
       1.      Peduli terhaap Kualitas
       2.      Peduli terhadap Keamanan
       3.      Peduli terhadap Kesehatan
       4.      Produk yang ramah Lingkungan
PT. Sinar Sosro terus berinovasi dengan mengembangkan merek dan produk minuman yang bertujuan untuk memuaskan para konsumen dan pelanggan. Saat ini PT. Sinar Sosro memiliki produk-produk dengan berbagai kategori yaitu :
1.     Teh siap minum dengan merek Tehbotol Sosro, Fruit Tea Sosro, Sosro Joy Green Tea dan Stee.
2.     Teh berkarbonasi / soda dengan merek TEBS
3.     Jus dengan merek Country Choice dan Happy Jus
4.     Air mineral dengan merek Prim-a
            Untuk menghasilkan kualitas teh yang bermutu, bahan baku teh hanya diambil dari perkebunan milik sendiri yaitu dengan nama perusahaan PT. AGROPANGAN PUTRA MANDIRI. Perkebunan yang dimiliki ada di daerah Gunung Manik, Gunung Rosa,Gunung Cempaka, Cukul, Gunung Satria, Sambawa, Neglasari. Dari perkebunan dipetik daun teh yang berkualitas terbaik daun teh kemudian diolah menjadi teh kering yang menjadi bahan baku teh untuk produk-produk PT. Sinar Sosro yaitu dengan nama perusahaan PT. GUNUNG SLAMAT. PT. Agropangan Putra Mandiri dan PT. Gunung Slamat merupakan perusahaan dari PT. Sinar Sosro yang bernaung perusahaan induk yaitu Rekso Group

Sumber : http://www.sosro.com/in/sejarah-perusahaan
                    http://www.sosro.com/in/profil-perusahaan